Hikmah Berkata: Semua Baik
Seorang raja di sebuah negeri memiliki perdana menteri yang sangat mengimani takdir Allah. Setiap kali terjadi sesuatu, entah itu hal yang baik ataupun buruk, sang perdana menteri selalu berkata, “Segala sesuatu yang telah ditetapkan Allah adalah baik.”
Pada suatu hari, sang raja mengajaknya untuk pergi berburu. Lalu datanglah waktu makan siang. Sang raja mengeluarkan apel yang ia bawa sebagai bekal untuk mengganjal perut. Saat sedang memotong apel, perhatian raja teralihkan dengan suara yang ada di sekitarnya, lalu tanpa sengaja ia melukai jarinya sendiri dengan pisau sampai terpotong.
Sang raja mengaduh kesakitan, darah mengucur deras dari jarinya yang terpotong. Sang perdana menteri dengan sigap memotong kain, mengobati luka rajanya, dan dengan segera menutupi bagian yang terpotong.
Sembari mengobati luka sang raja, perdana menteri berkata, “Mungkin saja ini baik.”
Sang raja naik pitam dan membentak, “Apanya yang baik dari ini, bodoh?!”
Karena terlanjur marah, ia lalu memenjarakan perdana menterinya itu. Dan saat memasuki penjara, sang perdana menteri berucap kembali, “Mungkin saja ini baik.”
Setelah peristiwa itu, tidak ada lagi yang menemani sang raja pergi berburu. Lalu pada suatu hari, sang raja kembali keluar untuk berburu sendirian. Waktu itu ia pergi lebih jauh dari biasanya karena mengejar kelinci yang kabur melompat saat panah melesat ke arahnya.
Hingga akhirnya, sang raja tersesat dan masuk ke perkampungan para penyembah berhala. Hari itu adalah hari pengorbanan bagi mereka. Saat melihat sang raja memasuki wilayah mereka, para penyembah berhala memutuskan untuk menjadikannya tumbal.
“Orang ini gemuk dan berlemak, cocok sekali untuk kurban,” kata orang yang menangkap sang raja.
Namun, saat dihadapkan kepada pendeta suku, ia menolaknya. “Orang ini tidak bisa dikurbankan, karena ia cacat, jarinya terpotong.” Maka sang raja dilepaskan kembali.
Betapa lega dan senangnya sang raja karena berhasil selamat. Lantas ia teringat perkataan perdana menteri sebelumnya. Sang raja lalu segera mendatangi penjara untuk membebaskan sang perdana menteri.
“Wahai perdana menteriku, sungguh benar perkataanmu. Jariku yang terpotong ternyata memang baik. Allah telah menyelamatkanku dari bahaya,” ucap sang raja sambil menceritakan peristiwa yang ia alami.
“Sekarang aku tahu jariku yang terpotong itu baik. Namun, aku masih tidak mengerti, di mana baiknya saat aku memenjarakanmu?” tanya sang raja.
“Demi Allah itu juga baik, seandainya aku tidak dipenjara dan ikut bersama engkau, pastilah aku yang jadi tumbal mereka,” jawab sang perdana menteri.
Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui
(QS. Al-Baqarah [2]: 216).