Sehelai Bulu Mata Penghalang Masuk Neraka
Ketika sudah saatnya hari kiamat, seorang hamba dibangkitkan di hadapan Allah SWT. Dan kitab catatan amalnya disodorkan, ternyata lebih banyak keburukannya. Kemudian dia berkata :
الهى ما فعلت هذه السيئات؟
“Ya Tuhanku, aku tidak lakukan keburukan semua ini”
Maka Allah SWT berfirman :
ان لي شهودا ثقات
“Sungguh pada-Ku ada saksi-saksi yang kuat“
Lalu, hamba itu pun menoleh ke kanan dan ke kiri, tiada menemukan seorang saksipun, kemudian dia berakata :
يا رب أين الشاهد؟
“Ya Tuhan, dimana saksi bagiku?”
Kemudian Allah SWT menyuruh anggota-anggota tubuhnya supaya menjadi saksi, mereka pun bersedia.
Kedua telinganya berkata :
انا سمعنا وعلمنا أنه قد عمل
“Kami benar-benar telah mendengar dan tahu pasti bahwa ia telah melakukannya.”
Kedua matanya berkata :
انا قد نظرنا
“akupun melihatnya”.
Berkata lisannya :
قد قلت
“aku juga mengucapkannya”.
Kedua tangannya berkata :
انا فعلنا
“sesungguhnya kami telah melakukannya”.
Farjinya pun berkata :
انا زنيت
“aku telah berbuat zina”.
Maka hamba itu pun gusar, karena tidak ada yang membantunya. Kemudian Allah SWT menyuruhnya masuk neraka.
Namun pada bola mata kanan hamba itu terlihat seutas rambut mata, memohon izin kepada Allah سبحانه وتعالى untuk berbicara. Maka Allah SWT menizinkannya. Ia (seutas bulu mata) pun berbicara :
يا رب الست قلت اي عبد اغرق شعرة واحدة من اجفانه بدموع عينيه من خشيتي الا انجيته من النار؟
Ya Tuhanku, bukankah Engkau telah berfirman: “Siapapun dari seorang hamba yang seutas bulu matanya tenggelam basah oleh air mata karena takut pada-Ku, maka Ku bebaskan ia dari neraka”?
Allah SWT menjawabnya :
بلى
“Ya, benar”
Rambut mata tadi pun berkata :
انا اشهد ان هذا العبد المذنب قد اغرقني بالدموع من خشيتك
“aku bersaksi, bahwa hamba yang berdo’a ini telah membasahiku dengan air matanya akibat takut pada-Mu”
Akhirnya Allah SWT menyuruh hamba yang tadi masuk ke surga.
Selanjutnya terdengar suara:
الا ان فلانا بن فلان قد نجا من النار بشعرة واحدة من اجفان عينيه
“Ketahuilah, bahwa si Fulan bin Fulan terbebas dari api neraka, berkat seutas rambut dari sekian rambut mata.”
Sumber: kitab Durratun Nashihin, menukil dari kitab Hayat al-Quyub hal. 240